Cerpen "Wanita Pilihan" by Nurmayani Tanjung

Dimalam itu di sebuah restoran ternama di kota itu. Sepasang suami istri paruh baya dengan tiga orang lelaki tampan. Menduduki salah satu meja yang istimewa dari restoran itu.
"Apa mama bilang? Kau lihat ini sudah jam berapa?. Sudah hampir satu setengah jam kita menunggunya disini. Tapi dari tadi gadis pujaanmu itu tak kunjung datang". Ucap wanita itu dengan nada jengkel pada laki-laki yang dari tadi berdiri didepan meja itu. Ia nampak gelisah. Dari tadi mondar-mandir turun ke lantai dasar lalu kembali menghampiri meja itu lagi.
"Sudahlah, untuk apa kita disini pa. Kita pulang saja ini sudah malam. Mau sampai kapan disini dia tidak akan datang. Toh, dia tidak akan pernah menghargai kita". Ucap wanita kesal sambil berdiri mengambil tasnya.
"Ma, aku mohon tunggulah sebentar dia pasti akan datang. Dia sudah janji ma. Percayalah ma, pa". pinta Pria itu pada kedua orang tuanya dengan nada memohon.
"Arya, ini sudah kesempatan terakhir yang kami berikan padamu untuk menunjukkan pada kami bahwa pilihanmu itu memang terbaik untukmu. Tapi apa? Lagi-lagi kami kecewa padamu. Gadismu itu tak akan pernah mengertimu. Sebaiknya kamu ikuti saja keinginan kami untuk memilihkanmu jodoh yang baik. Bukan yang seperti dia". Ucap pria paruh baya itu yang merupakan ayahnya.
"Ma, pa kami sudah sangat saling mencintai. Kalian tahu bukan kalau cinta itu sulit ditemukan. Aku yakin ma, pa dia adalah wanita yang baik. Karena aku sudah sangat mengenalnya". Ucap pria itu lagi untuk mencegah ayahnya.
"Cukup Arya! Hentikan ocehanmu itu tentang cinta. Sudah berapa kali mama bilang, profesinya itu tidak baik untukmu. Masih banyak gadis lain yang selevel dengan kita. Tapi tidak dengan profesi seperti dia". Ucap wanita itu lagi dengan nada tinggi.
"Ma, sudah tidak usah teriak begitu malu dilihat orang. Apa salahnya kita ikuti keinginan kakak ma. Kan dia punya selera tersendiri". Balas seorang lelaki tampan mencoba menbela kakaknya yang merupakan adik bungsu Arya.
"Kau lihat sendiri kan Adit. Jika memang pilihan kakakmu itu gadis yang baik. Tidak mungkin dia membiarkan kita menunggunya". Ucap wanita itu lagi membenarkan perkataannya
"Hmmmm, aku rasa mama memang benar. Sudah ayo kita pulang saja. Aku juga sudah mulai bosan disini. Toh, yang ditunggu daritadi ga datang-datang. Pilihan kakak memang tak sebaik gadisku. Iyakan ma,".Ucap seorang lelaki yang merupakan adik kedua Arya. Sepertinya pemikirannya sejalan dengan orang tua mereka.
"Iya, Kelvin memang benar. Jika saja pilihan kalian sama dengan kakakmu ini mungkin mama tidak akan pernah setuju." Ucap wanita itu membenarkan dukungan anak keduanya itu.
"Ma, aku mohon beri Arya kesempatan untuk terakhir kali ini saja setelah ini Arya akan mengalah untuk kalian. Nisa pasti datang, Arya sangat yakin ma. Hanya saja Arya tak mengerti kenapa tiba-tiba telponnya tidak diangkat. Arya takut dia masih ada pekerjaan di rumah sakit". Arya memohon dengan merapatkan kedua tangannya didadanya.
"Sebaiknya kita turuti saja dulu permohonannya ini ma. Setelah ini jika semuanya sia-sia baru kita lanjutkan rencana kita". Ujar pria itu sedikit memberi perhatian pada istriya.
"Baiklah, jika ini maumu Arya. Mama beri kamu waktu setengah jam lagi tidak lebih. Jika dalam waktu setengah jam lagi dia masih tak datang juga, jangan salahkan kami". Ucap wanita itu kembali duduk dikursinya semula.
Menit ke menit berlangsung cepat. Namun, sosok Nisa gadis pilihan Arya masih tidak terlihat juga. Sudah puluhan kali Arya mencoba menghubungi nomornya Nisa tapi tetap tidak ada respon. Tidak terasa setengah jam sudah berlalu. Kesempatan Arya untuk membuktikan bahwa pilihannya terbaik sudah hilang.
"Pa, Kelvin, Adit ayo kita pulang. Ini sudah waktunya. Untuk kamu Arya, mama tekankan sekali lagi padamu. Gadis profesi dokter itu tidak akan pernah mengurus keluarganya dengan baik. Karna dia sudah punya rumah tersendiri dan itu sudah menjadi kodratnya. Untuk apa sebuah profesi atau uang jika keluarganya sendiri diabaikan. Kau lihat sendiri kan? Ini baru awal loh, untuk jenjang menuju keseriusan. Bagaimana jika sudah menjadi keluarga? Sudahlah mama sudah capek menjelaskannya padamu. Minggu ini kamu harus setuju jika mama akan  mengatur pertemuanmu dengan gadis pilihan mama dan papa. Ayo pa,!"kata-kata terakhir mamanya sebelum meninggalkan Arya sementara Papanya, dan kedua adiknya mengikutinya dari belakang.
Arya terduduk dikursinya dengan kepala menunduk. Kedua kepalan tangannya berada diatas kedua pahanya ya. Batinnya seakan pecah menanggung perihnya rasa kecewa. Air matanya tiba-tiba jatuh membasahi tangannya.
"Nisa, kamu dimana? Ini kesempatan terakhir kita. Kamu udah janji mau datang. Aku sangat mencintaimu Nisa. Bagaimana mungkin aku akan menyetujui pilihan mama. Kenapa kau masih tidak mengerti Nisa?"Bisiknya Arya membatin sambil mengepal smartphone miliknya dengan kuat. Tak sadar Arya bahwa kekuatannya saat kecewa telah meretakkan touchscreen smartphone nya.
Disepanjang jalan menuju pulang. didalam mobil tak henti-hentinya mama Arya mengoceh mengutuki gadis yang membuat kecewa mereka. Hingga Adit yang kurang suka pendapat mamanya itu memilih mengambil Headphone untuk mendengarkan musik dari pada mendengarkan ocehan-ocehan mamanya. Sementara papa dan Kelvin kakaknya terlihat masing beradu argument memperburuk suasana.
Tiba-tiba ditengah obrolan mereka yang mengasyikkan itu. Membuat papa mereka  yang mengemudikan mobil kehilangan kendali. Di persimpangan jalan itu, mereka mengalami kecelakaan diluar dugaan. Mobil mereka menabrak sebuah truk yang sedang Melintas. Mereka terpaksa dilarikan kerumah sakit terdekat. Beruntung keempat dari mereka masih bernyawa. Kelvin dan Adit tidak mengalami luka yang serius hanya ada sedikit goresan luka dan darah didahi dan tangannya akibat pecahan kaca mobilnya. papanya mengalami banyak luka tapi masih sadarkan diri. Hanya saja mamanya yang mengalami banyak luka hingga membuatnya tak sadarkan diri karena kehabisan banyak darah. Mama dan papanya masing-masing digiring Kelvin dan Adit dengan troli rumah sakit ditemani dua orang pria yang menolong mereka. Rumah sakit tampak sepi karena jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Hanya ada beberapa perawat yang masih melintas.
"Perawattt,,,, tolong kamii. Tolong selamatkan mama dan papa kami. Mereka sedang sekarat dan harus segera di rawat". Ucap Kelvin mendorong troli tersebut menghampiri perawat itu. Terlihat papa mereka yang masih sadar bernafas tersedak-sedak karna menahan sakit.
"Maafkan kami pak, tapi rumah sakit sudah tidak menerima pasien diatas jam ini. Sekali lagi maaf pak".ucap perawat itu menjelaskan.
"Tidak bisa begitu donk. Tolonglah kami ini sudah darurat. Ini antara hidup dan mati. Bagaimana mungkin dengan keadaan begini mama dan papa kami masih bisa bertahan menunggu besok. Ayolah tolong kami". Ucap Kelvin menangis memohon pada perawat itu.
"Sekali lagi maaf pak, apa yang harus aku lakukan untuk menbantumu. Masalahnya dokter dirumah sakit ini sudah pulang semua pak. Jadi,,,,,".Ucap perawat itu mencoba menyakinkan.
Tiba-tiba seorang perawat memotong pembicaraan perawat itu.
"Dokter Nisa, ya mungkin dia masih ada disini. Tadi dia saat hendak pulang dia menerima pasien yang sedang sekarat karna melahirkan". Ucap perawat itu.
"Haaaahhh, dimana dia. Dimana dokter itu? Ayo bawakan kami padanya" ucap Adit yang sedang mendorong troli ibunya.
Perawat itu pun berjalan setengah berlari membawa mereka pada dok ter yang mereka maksud. Disusul oleh Adit dan Kelvin yang mendorong troli mama papanya sambil berlari.
Tiba-tiba dari kejauhan dari arah yang berlawanan terlihat seorang wanita cantik masih berpakaian jas putih berjalan tergesa-gesa menuju pintu keluar. Ternyata dia adalah dokter yang dimaksud oleh perawat tadi.
"Dokter Nisaaaaa,,, tunggu..... dokter tolong berhentilah". Teriak perawat itu mencoba menghentikan langkahnya.
Langkahnya pun terhenti seketika lalu berbisik badan mencari arah suara yang memanggil namanya tersebut.
"Dokter ada pasien yang sekarat dok. Dan butuh perawatan segera. Tadi aku sudah mengatakan kalau rumah sakit sudah tidak menerima pasien dijam segini. Tapi mereka terus memaksa dok".Ucap perawat itu dengan nafas terengah-engah.
"Dokter aku mohon tolong selamatkan nyawa orang tua kami. Berapapun kami akan bayar biasanya dok. Aku mohon". Kelvin memohon
"Masalahnya ini bukan pada biaya. Tapi,,,,"
Pembicaraan dokter itu tiba-tiba dipotong oleh Adit.
"Apapun masalahmu sekarang aku janji akan membantumu dok. Tapi setelah menyelamatkan mama dan papa. Lihatlah keadaan mereka dok, sangat buruk. Aku takut mereka sudah tidak bisa menunggu lagi". Adit menangis memgakhiri perkataannya.
"Baiklah pak, saya akan usahakan. Perawat bawa mereka keruang ICU segera". Perintah dokter itu pada perawat.
Diruang ICU
"Perawat, tolong cek stock kantung darah apa masih ada. Pasien kehabisan darah. Cepatttt,,,,,!!! Jika habis, beritahu keluarganya agar segera diadakan transfusi". Perintahnya
"Baik dok,,,,!"balasnya
"Pak, pasien kehabisan banyak darah. Kebetulan stok kantung darah dirumah sakit kami habis. Siapa diantara kalian yang siap melakukan tranfusi darah".ucap perawat saat membuka pintu ruang ICU.
Sontak Kelvin langsung memandang kearah Adit dengan wajah memelas.
"Saya dok, cepat ambil darah saya". Pinta Adit pada perawat. Karena dia sudah paham kalau Kelvin sangat takut pada jarum suntik.
"Baiklah ikut saya".Balas perawat itu.
Transfusi darah pun berjalan lancar. Dokter Nisa pun dapat melanjutkan tugasnya untuk menyelamatkan orangtua tersebut.
Diluar ruang ICU, dikursi depan pintu tersebut. Kelvin dan Adit masih  menunggu dokter yang menangani orang tua mereka. Tiba-tiba Kelvin mendesik dengan handphone ditangannya.
"Kak Arya kemana lagi sih. Dia gak tau gara-gara dia semua ini terjadi. Dari tadi dihubungin gak bisa".ucap Kelvin
"Kakak berhenti membahas masalah itu. Ini bukan kesalahan kak Arya. Apa kakak tidak sadar, karena kesibukan kalian membicarakan orang lain pada akhirnya papa kehilangan kendali saat menyetir?".balas Adit menghentikan persepsi gilanya Kelvin
"Acara ini kan terjadi karena dia Dit. Kau lihat sekarang dia malah mematikan handphonenya seenaknya saja".balas Kelvin lagi.
"Sudah hentikan omong kosong ini kak. Tidak akan memperbaiki keadaan. Kak Arya mungkin lagi bersedih. Sudah biarkan saja, asal mama papa baik-baik saja. Sebaiknya yang kita lakukan saat ini adalah berdoa bukan sebaliknya". Adit kembali menjelaskan.
Ditempat lain, Arya tampak sudah berada dipinggir sebuah pantai. Dia tertidur diantara pasir pantai. Pandangannya yang hampa kearah langit yang kelam. Tak ada setitik cahaya yang menemaninya selain dari pada kesunyian. Terkadang Arya menangis lalu berteriak sekencang-kencangnya.
Dirumah sakit
Terbukanya pintu ruang ICU membangunkan Adit dan Kelvin yang
tadinya tertidur dengan posisi terduduk.
"Bagaimana keadaan mama dan papa kami dok. Semua baik-baik saja kan?". serempak Adit dan Kelvin mengeluarkan pertanyaan yang sama
"Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan baik dan mama papanya bisa diselamatkan. Tadinya saya sedikit hampir takut, beruntung ketakutan saya terobati setelah perawatannya kembali normal".
"Terimakasih banyak sebelumnya dok. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika saja dokter tidak bertindak cepat. Oh ya dok, apa kami sudah boleh membesuknya sekarang?". pinta Adit
"Iya sama-sama pak, ini memang sudah menjadi tugas saya. Oh maaf pak, bapak bisa membesuknya sejam kemudian. Karena keadaan pasien sedang dalam proses perawatan". jelas dokter itu sambil mengusap matanya. Kelihatannya dia sedang menahan kantuk.
"Baiklah dok, terima kasih". ucap Kelvin
Dokter itu pun berjalan meninggalkan mereka menuju ruangannya.
Adit yang hendak menuju toilet tiba-tiba tak sengaja lewat ruangan dokter itu. Dia melihat dokter itu tertidur diantara mejanya dengan posisi tangan memegang smartphonenya. Matanya sembab seperti sehabis menangis.
Sejam kemudian dokter itu datang lagi lalu memasuki ruang ICU. Saat mengecek pasien, tiba-tiba pasien wanita itu mengigo sebuah nama dalam tidurnya. Yang membuat jantung dokter Nisa berdesir setelah mendengar ibu itu menyebut nama "Arya". Dokter itu langsung memerintahkan perawat untuk memanggil keluarganya pasien yang tak lain adalah Adit dan Kelvin. Adit dan Kelvin pun masuk.

"Ada apa dok?" Tanya Kelvin
"Apa bapak mengenal orang yang disebut-sebut ibu anda? Dari tadi mama anda mengingo nama ARYA. Akan lebih baik jika orangnya ada didekatnya agar mempercepat pasien segera siuman". ucap Dokter itu.
"Dia kakak pertama kami dok. Baiklah jika itu yang terbaik dok". Balas Kelvin sambil keluar ruangan itu untuk mencoba menghubungi kakaknya.
Diruangan itu hanya ada dokter dan Adit yang duduk disisi ranjang mamanya. Lagi-lagi mamanya mengigo nama Arya. Seketika dokter itu terperanjat kaget lalu,mengulang nama Arya juga. Hal itu membuat Adit kaget. Dan membuatnya sedikit ingin tahu.
"Hmmmm,,,Oh iya dok. Saya ingin sedikit tahu. Sepertinya dokter punya masalah kalau melihat dari raut wajah dokter. Entah masalah keluarga atau asmara. Boleh saya tahu apa itu dok?" Adit mencoba memulai membuka obrolan.
"Tidak, tidak ada apa-apa ko pak. Tidak penting". balasnya
"Lalu, jika tidak penting apa yang membuat dokter masih bertahan dirumah sakit ini. Bukan seharusnya dokter sudah berada dirumah sekarang seperti dokter yang lainnya?" Tanya Adit lagi.
"Yah, itu memang benar. Harusnya sekarang saya sudah tidak disini. Mungkin saya juga tidak menangisinya". ucapnya
"Lalu apa yang membuat dokter masih berada disini. Aku rasa bukan karena masalah kami ini. Tapi masalah sebelumnya?. Ayolah dok, tidak ada salah nya aku sedikit ingin tahu privacy dokter. Lagian aku kan udah janji akan membantu masalah dokter. Apapun itu.".Tanya Adit lagi semakin penasaran
"Baiklah jika daripada anda menaksaku terus. Ya, bagiku seorang dokter. Masalah apa lagi yang lebih penting selain dari pada nyawa pasien.
Yah, didunia hanya ada dua hal yang tak bisa kita bayar. Yaitu nyawa dan kebaikan. Semua itu ada pada profesi kami.
Kami telah berjanji untuk tidak mendahulukan kepentingan pribadi selain daripada kepentingan kesehatan pasien.
Disatu sisi memang masa tanggung jawabku pada pemerintah memang berakhir.
Yaitu saat berakhirnya jam kerja. Tapi walau jam kerja itu sudah berlalu, tanggung jawabku terhadap nyawa orang lain tak akan pernah berakhir. Tadi ketika saya ingin pulang buru-buru karena sebuah janji, tiba-tiba langkahku terhenti saat sepasang suami istri datang memohon padaku. Istrinya akan melahirkan namun istrinya punya penyakit yang tak bisa ditangani sekaligus. Dia punya penyakit kanker dirahimnya. Sementara bayinya akan lahir. Jika ingin menyelamatkan siibu dengan mengangkat tumornya.
Tidak ada kemungkinan lain kecuali mereka harus kehilangan bayinya. Sementara siibu sudah stadium akhir. Dan itu adalah kemungkinan. Tapi jika sebaliknya ingin menyelamatkan bayinya maka siibu tidak akan bisa diselamatkan. Tapi siibu selalu memohon untuk menyelamatkan bayinya. Karena ini adalah cita-citanya. Dia ingin memberi hadiah suaminya dengan bayi laki-laki mereka. Dia bercerita pada waktu itu saat penyakitnya masih dini, atas saran dokter dia rela tidak memiliki keturunan asal ia masih bisa bersama istrinya karena memilih menyuruh istrinya untuk mengangkat rahimnya. Tapi karena keinginan istrinya memiliki anak dia harus berbohong kalau dia sudah merasa baik karena ia rajin mengkomsumsi obat tradisional untuk mencegah kanker. Tapi kenyataannya dia malah sedang merencananakan program anak dengan mengkomsumsi obat untuk meransang kehamilan. Dan semua ini tanpa diketahui oleh suaminya. Hingga akhirnya dia baru menceritakan pada saat perutnya mulai membesar. Sang suami pun hanya bisa mengikuti keinginan istrinya. Asal istrinya baik-baik saja. Tapi kenyataannya istrinya masih saja berbohong tentang kesakitan yang dialaminya akibat penyakitnya selama hamil. Hingga pada saat ingin melahirkan pun sang suami hanya ingin ibunya selamat. Tapi siibu malah berpendapat sebaliknya. Semua rumah sakit besar telah mereka tanyai tentang hal ini. Untuk bisa menyelamatkan keduanya. Tapi semua nya berpendapat sama. Hanya ada satu kemungkinan.
Disaat detik-detik kelahiran bayi, sibapak pasrah terhadap keputusan istrinya yang mengatakan "pak, ikhlaskan saja semuanya serahkan pada yang diatas. Aku merasa kalau aku sudah tidak lama lagi. Jika masih ataupun tidak. Aku sudah siap pak. Jika Allah berkehendak lain, jaga anak ini kita ini kelak. Cintai dia seperti aku tetap mencintaimu pak. Dia anak kita, renkarnasi dari diriku dan perjuanganku pak". Ucap istrinya
Suaminya tak henti-hentinya berdoa dan menangis.
Melihat mereka saya terharu dan tidak ingin membuat ketakutan mereka itu nyata. Aku berjuang untuk menyelamatkan nyawa keduanya tapi aku tahu bahwa semuanya sudah ketetapan dari Allah. Aku tidak bisa menyelamatkan nyawa ibunya. Disatu sisi ayahnya bahagia atas kelahiran putranya disisi lain ia harus ikhlas kehilangan istrinya.
Aku telah gagal menyelamatkan satu nyawa. Dan aku rasa kegagalan itu karena kesalahanku. Disisi lain aku juga telah gagal menyelamatkan satu hati. Aku berjanji padanya untuk hadir dan membuktikan pada orang tanya bahwa cinta kami tidak salah. orangtuanya menganggap cinta kami akan sangat buruk karena profesiku yang akan menjadikan rumah pertamaku adalah rumah sakit. Orangtuanya memang benar dan aku tidak menyalahkannya. Inilah adalah keseharianku. Pasti saat dia kecewa aku tidak datang dia berpikir bahwa aku sangat egois dengan tidak menghargai mereka. Aku telah mematahkan banyak hati. Keluarganya dan dia sendiri. Dia sendiri bahkan sangat kecewa dan mungkin terus memohon pada mamanya untuk memberinya kesempatan. Setelah diberi kesempatan lagi dia mencoba menelponku. Tapi harapannya pupus setelah melihat nomor yang dihubungi malah tidak aktif. Yah, disaat aku memang sedang sibuk dengan profesiku tadi. Aku baru bisa memeriksa hapeku yang tadinya disilent karena lowbat setelah menyelesaikan pekerjaanku. Saat kubuka ada 65kali panggilan tak terjawab dan 11 pesan yang sama
"Kesempatan kita sudah berakhir. kita tidak perlu membuktikan apa-apa lagi.Kamu sudah membuktikan bahwa persepsi mama itu adalah benar. Aku sangat kecewa padamu. Minggu ini mama akan membawa pilihannya kerumah. Aku rasa harapan itu hanya semu seperti cintamu".
Tak sadar air mata dokter itu jatuh membasahi tangan mama Adit.
Dokter itu terlihat seperti mengambil sesuatu dari jasnya namun sedikit sulit untuk ia ambil hingga ia harus mengeluarkan buku kecil miliknya dan meletakkannya disisi ranjang itu dulu. Setelah itu baru terlihat apa yang hendak ia raih. Ternyata sebuah sapu tangan untuk mengusap airmatanya.
Disaat pekerjaanku sudah selesai dan aku berpikir apapun yang mereka pikirkan tentang aku tak jadi masalah. Yang penting aku bisa  menjelaskannya setelah itu. Tapi ketika kakiku ingin melangkah aku harus kembali pada tanggung jawabku". Ucap dokter itu mengakhiri ceritanya lalu pergi meninggalkan Adit karena tak kuasa membendung air matanya.
Sementara Adit masih terpaku dan terharu mendengar cerita dokter itu.
"Tok,tok,tok,,,,,"
"Ya, masuk".
"Hmmmm anu dok, keluarga pasien yang dirawat tadi memanggil dokter dan meminta dokter datang kekamar pasien" ucap perawat itu.
"Ada apa dengan pasien hah,,,,,,?". Tanya dokter sambil berlari meninggalkan ruangannya.
"Ada masalah dengan pasien?"
Pintu terbuka saat kedatangan dokter yang terlihat cemas. Semuanya hening.
Dengan terbata-bata pasien wanita itu berbicara pada pria didepannya.
"Arya, pokoknya kali ini kamu menuruti permintaan mama. Kamu harus bersedia dijodohkan dengan pilihan mama dan papa".
"Tapiiiii,,,,, ma!"
"Tidak ada tapi, dan tidak ada kesempatan lagi".
"Kamu dimana dan kemana aja, apa kamu tidak peduli dengan keluargamu lagi hah?".
"Dokter Nisa, kemarilah aku ingin bicara padamu". Ucap mama Arya pada  Nisa yang masih berdiri mematung didepan pintu.
Sementara Arya yang tadinya membelakangi Nisa kini berbalik badan setelah menyadari nama Nisa disebut oleh mamanya
"I,,I,,iya bu. Ada masalah dengan kesehatanmu".Tanya Bisa seolah mencoba bersikap baik-baik saja.
"Ini anak saya yang pertama Arya. Dia sangat keras kepala tidak pernah mau menuruti keinginanku. Tolong bujuk dia nak, agar dia setuju dengan pilihan saya. Aku mohon dokter". Pinta mama Arya
Nisa yang kini menyadari bahwa Arya yang dia maksud adalah Arya nya sendiri masih saja terdiam. Lalu kemudian menangis.
"Mama, apa-apaan ini. mama kenapa harus meminta dia melakukannya. Itu tidak perlu lagi. Aku akan mengikuti keinginan mama tapi setelah keadaan mama membaik". Arya menangis sambil menatap kearah Nisa.
"Ambil ini Arya. Didalamnya ada sebuah foto gadis yang ingin mama pilihkan untukmu. Sepertinya kalian adalah pasangan yang serasi". Ucap mama Arya sambil menyodorkan sebuah buku kecil.
Nisa yang tadinya ingin keluar karena sudah tidak sanggup menerima semuanya. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat buku yang diberikan mama Arya. Nisa seperti mengenalnya. Ya, ternyata benar itu adalah buku miliknya. Seingatnya, didalamnya ada foto dirinya bersama Arya.
"Ah, sudahlah Arya rasa itu penting ma," tolak arya.
"Kamu harus jangan membantah mama Arya, atau kamu lebih senang melihat mama menjadi lebih buruk". Paksa mamanya.
Arya pun menurut, dan hendak membuka buku itu.
"Maaf, bukankah ini sesuatu yang saya kenal". Nisa datang mencoba menghentikan Arya. Seketika Arya melihat Nisa datar karna rasa kecewanya yang masih baru ia alami. Lalu kemudian Arya kembali membuka buku itu. Apa yang ia lihat serasa tak menyakininya melihat kalau buku itu adalah milik Nisa yang berisi foto mereka. Arya terkejut seakan darahnya mengucur deras.
"Mama, aku rasa mama  memberikan buku yang salah". Ucap Arya tak yakin
"Tidak, mama yakin tak ada yang salah". Jawab mamanya
"Iniiiiiiii kan,,,,,?"Arya terbata
"Dokter Nisa pilihan kakak bukan?" Tanya Adit lagi menyambung
"Dan pilihan kita semua"serempak Kelvin, dan papa nya yang masih berada diatas kursi roda tiba-tiba muncul didepan pintu didorong oleh Kelvin sendiri.
"Hahhhh,,,, ada lelucon apa ini. Arya tak mengerti". Arya setengah berteriak kaget tak mempercayainya.
"Bukankah ini yang kau impikan anakku? Sekarang kami juga telah memimpikannya. Sebelumnya mama sangat malu, karna sempat memvonis profesi dokter itu sangat tidak baik.tapi sekarang mama sudah mengerti. Nah,Peluklah lah dokter Nisa sekarang untuk membuktikan pada kami lagi bahwa pilihanmu memang terbaik. Atau kesempatan ini segera kadaluarsa. Hahaha".
Arya pun tak menunggu lagi dan langsung berjalan kearah dokter Nisa lalu memeluknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbagi disaat Sulit

Episode 2 "5 MENIT"

PUISI "Derita Hatiku"